Print this page

KEJAHATAN CYBER DALAM PERSPEKTIF ETIKA KEBUDILUHURAN

Written by
Rate this item
(0 votes)

KEJAHATAN CYBER DALAM PERSPEKTIF ETIKA KEBUDILUHURAN

AGUS WIBOWO – 2111600736

ETIKA KEBUDILUHURAN

Etika merupakan salah satu keunggulan dari peradaban manusia. Menurut ilmu Mantiq (Logika) Manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq (Manusia adalah hewan yang berfikir). Sebagai binatang yang berfikir, manusia berbeda dengan hewan.

Etika sebagai produk peradaban manusia membawa manusia menghadapi tantangan gelombang peradaban dan mampu beradaptasi dengan sangat baik. Sepanjang sejarah manusia, etika berkembang menyesuaikan dengan zaman, menyatu dengan lingkungan, menyerap keluhuran ajaran agama serta berdiri kokoh sebagai budaya pada suatu masyarakat.

Etika yang berkembang pada belahan bumi barat berbeda dengan etika yang berkembang pada penduduk bumi yang ada di belahan timur. Teknologi lah yang memperkenalkan kita pada eksistensi peradaban lain di wilayah yang berbeda. Etika tumbuh dan berevolusi menjadi sebuah bentuk perwujudan dari luhur dan agungnya ajaran agama. Etika terbentuk dari tatanan masyarakat yang menyesuaikan dengan kondisi geografis, bahkan etika menjadi suatu bukti bagaimana manusia dipandang dan diperlakukan dalam tatanan sosial masyarakat.

Sebagai contoh, pada falsafah masyarakat Jawa, etika merupakan nilai manusia itu sendiri. Manusia dinilai dari bagaimana dia bersosialisasi, mempraktekan kesantunan serta menumbuhkan semangat sosial. Etika yang berkembang pada masyarakat membentuk masyarakat yang memilikii keluhuran budi, toleransi terhadap perbedaan. Menurut Frans Magnis Suseno pada bukunya tentang Etika Jawa menyatakan bahwa etika pada masyarakat jawa bukan sebuah sistem eksplisit, melainkan sebuah pola kultural. Pola kultural tersebut secara mendalam mempengaruhi perasaan dan sikap-sikap yang mendasari bagaimana masyarakat jawa berperilaku di masyarakat.

Etika mengajarkan keselarasan, baik keselarasan dengan alam, keselarasan dengan lingkungan, keselarasan dalam hubungan manusia dengan manusia dan keselarasan dengan tuhannya. Keselarasan ini dibuktikan dengan tidak adanya konflik terbuka, serta perasaan tentram dalam hati.

Pada akhirnya manusia yang beretika akan memiliki keluhuran budi pekerti, kesantunan dalam berkata, serta kehati-hatian dalam berbicara dan bertindak. Manusia yang memiliki etika akan melihat segala sesuatunya dari sudut pandang orang lain, seperti kepantasan dalam berpakaian, pemilihan kata dalam pergaulan serta keterikatan dengan prinsip hidup yang baik.

 

KEJAHATAN SIBER

Teknologi adalah dua sisi mata uang. Pada satu sisinya teknologi memudahkan pekerjaan manusia, tapi juga mengancam eksistensi manusia itu sendiri pada sisi lainnya. Banyak pekerjaan manusia yang saat ini sudah digantikan dengan teknologi. Hanya manusia yang memiliki tingkat adaptasi dan resistensi yang baik terhadap perubahan tersebut yang mampu bertahan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim mengatakan pada suatu kesempatan wawancara di kantor kemdikbud (6/11/2019) bahwa teknologi adalah alat, bukan objek itu sendiri. Teknologi hanya sebagai pendamping untuk bisa menciptakan beberapa hal. Ini menguatkan bahwa manusia tetap memegang penuh peran teknologi pada kehidupan sehari-harinya. Manusia adalah aktor utama yang menentukan kemana arah teknologi, apakah teknoloi akan digunakan untuk membangun atau menghancurkan peradaban manusia.

Teknologi adalah pisau, sebuah alat bantu pekerjaan manusia. yang menentukan adalah manusia sendiri bagaimana teknologi akan digunakan. Manusia yang bekerja di belakang teknologi yang berjalan, pasti akan menemukan celah keamanan yang mengancam teknologi tersebut. Maka tanggung jawab yang ada pada dirinya lah yang meyakinkan bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan manusia.

Saat ini, bisa dikatakan manusia bergantung pada teknologi. Bagaimana manusia bergantung pada sebuah aplikasi map untuk keperluan perjalanan baginya. Bagaimana teknologi menggantikan peranan konsultan pajak dalam menghitung angka yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak. Bagaimana teknologi menggantikan ruang-ruang kelas fisik selama pandemi.

Salah satu bentuk negative dari teknologi adalah kejahatan siber. Berdasarkan halaman KompasTekno dari We Are Social menyatakan bahwa rata-rata orang Indonesia mengakses internet per harinya yaitu 8 jam 52 menit. Artinya, peluang masyarakat Indonesia terancam oleh kejahatan siber cukup rentan. Tentunya perlu kedewasaan dalam penggunaan teknologi, hal ini untuk mencegah kita menjadi korban dari kejahatan siber.

Beberapa contoh dari kejahatan siber adalah Phishing, Scaming, carding, ransomware, Online Fraud (Penipuan Online), Cyber Bullying, SIM Card Swap, Skimming, Peretasan. Jenis  serangan tersebut sangat merugikan, mengancam kerugian materi dan immaterial. Peran serta pengguna dan kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan agar tidak menjadi korban kejahatan siber.

 

PERSPEKTIF ETIKA KEBUDILUHURAN TERHADAP KEJAHATAN SIBER

Jika dilihat dari sudut pandang Etika kebudiluhuran, dapat dipastikan kejahatan siber merupakan suatu hal yang bertentangan dengan etika tersebut. Pelaku kejahatan siber diyakini adalah orang yang ahli di bidang teknologi. Kompetensi pelaku kejahatan siber dalam memanfaatkan teknologi bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari dalam waktu yang singkat. Salah satu faktor yang membuat seseorang melakukan tindak kejahatan siber adalah etika. Etika serta prinsip pribadinya yang mampu mencegahnya melakukan kejahatan siber. Sebelum melakukan kejahatan, dia akan berfikir dengan matang, resiko serta kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatannya. Seberapa parah tingkat kerusakannya, serta konsekuensi hukum apa yang harus dihadapinya jika seseorang melakukan kejahatan siber.

Pada akhirnya manusia yang memiliki Etika akan menghindari bentuk penyalahgunaan teknologi yang merusak. Orang yang memiliki etika akan membangun komunitas cerdas dalam memanfaatkan teknologi. Dia juga akan mengedukasi masyarakat sekitar bagaimana menghadapi serangan siber. Dan pada akhirnya akan terbentuk tatanan masyarakat digital yang peduli terhadap serangan dan kejahatan siber serta bagaimana cara mencegahnya.

Manusia yang peduli dengan ancaman kejahatan siber akan mempelajari ancaman apa saja yang mungkin datang dari kejahatan siber tersebut dan menemukan cara untuk mencegah dan menanggulangi ancaman tersebut, serta akan membentuk kelompok masyarakat yang kuat dalam pemanfaatan teknologi.

Etika kebudiluhuran kemudian akan terbentuk pada tatanan masyarakat digital yang selaras menghindari konflik terbuka, mengutamakan ketentraman perasaan hati, menjaga diri agar tidak menjadi pelaku kejahatan siber dan penyalahgunaan teknologi lainnya.

 

BEKASI, 5 Maret 2022 Pkl. 00.23 WIB

Read 1582 times Last modified on Friday, 04 March 2022 17:37